Sunyi, gelap, hampir
tak bisa mendengar suara jangkrik yang biasa bersenandung di malam hari. Begitupun lampu kota yang kini
mulai mendadak padam, dan juga penerangan di pedesaan juga ikut kena imbasnya. Beberapa
penduduk di suatu kampung keluar dari dalam rumah menuju teras rumahnya masing-masing.
Mereka berhamburan keluar tanpa ada yang mengkomandoi. Anak-anak kecil yang
sedang tertidur lelap mulai bangun dan mulai gelisah setelah tahu bahwa seluruh
listrik di tempat mereka padam. Mereka yang tidak bisa melakukan apa-apa, hanya
bisa mengandalkan lampu sorot yang telah usang, dan juga bantuan oleh sinar
sang rembulan yang terang, namun tak secerah sinar matahari.
Banyak sekali suara
yang terdengar dari mereka, seolah-olah tidak tahu apa yang barusan terjadi.
Ketua RT meminta warga untuk tetap tenang dalam situasi yang seperti ini. Banyak
dari warga yang komplain kepada ketua RT, karena ialah yang bertanggung jawab
atas semua yang terjadi saat itu. “Tenanglah sebentar, ini hanyalah pemadaman
listrik bergilir. Nanti kalau sudah waktunya juga nyala lagi listriknya.” ujar
sang ketua RT. “Pemadan listrik?” Tanya salah seorang warga. “Padahal
sebelumnya kan tidak pernah ada pemadaman listrik seperti ini pak?” Ujar
seorang warga. “Pemadaman ini dilakukan karena adanya kerusakan dari pusat.” Ujar
ketua RT.
Karena merasa sudah tahu
apa yang barusan terjadi, seluruh warga kembali ke rumah masing-masing setelah
menemui ketua RT di kediamannya. Walaupun begitu, para warga tetap merasa ada
yang aneh, karena tidak seperti biasanya ada pemadaman bergilir seperti ini.
Dan yang menjadi pertanyaan, kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya dari
pihak PLN?
Suara tangis seorang
bayi yang tiba-tiba mulai terdengar oleh warga, membuat mereka semakin
ketakutan. Warga tersebut yang tidak lebih dari 10 orang itu saling bertanya
satu sama lain. “Suara bayi siapa itu, apakah malam-malam begini ada yang
melahirkan?” ujar salah seorang warga. Akhirnya setelah kesana kemari mencari
sumber suara, mereka tidak ada yang tahu darimanakah sumber dari suara
tersebut. Mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah masing-masing.
Dalam perjalanan,
mereka kembali mendengar suara bayi yang kini agak dekat dari sumber suara, karena
ketakutan mereka berlari terbirit-birit saling meninggalkan satu sama lain.
Karena pada saat itu sedang gelap, mereka saling berpencar ke arah yang berbeda-beda.
Ada yang berlari melewati semak-semak, kebun, himpitan rumah dan bahkan ada
yang melewati kuburan.
Karena hal itu, ada beberapa
orang lari berbarengan menuju warung terdekat yang masih buka dengan
pencahayaan lilin yang seadanya. Mereka terengah-engah karena telah berlari
cukup jauh. Mereka memesan minuman berupa kopi, mungkin supaya mereka tetap
terjaga dari rasa kantuk. Mereka sedang memperbincangkan tentang sebenarnya apa
yang barusan terjadi. Salah seorang dari mereka menanyakan hal tersebut kepada
sang penjual, kalau mereka tadi telah mendengar suara tangisan bayi di tempat
pinggiran jalan. Sang penjual pun mengatakan kalau ia tidak tahu.
Setelah sesekali mereka
menyeruput kopi dan sambil berbincang-bincang, tiba-tiba ada salah seorang dari
teman mereka yang juga datang berlari menuju warung tersebut dengan terengah-engah
dan raut wajah yang sedang ketakutan. Melihat dia yang mukanya suram, akhirnya
mereka bertanya apa yang membuatnya ketakutan sampai setengah mati.
To
Be Continued…
0 comments:
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak, Terima Kasih