Thursday, January 08, 2015

Malam Jum’at (1)

Denmas Ulin     Thursday, January 08, 2015     0


 Sunyi, gelap, hampir tak bisa mendengar suara jangkrik yang biasa bersenandung  di malam hari. Begitupun lampu kota yang kini mulai mendadak padam, dan juga penerangan di pedesaan juga ikut kena imbasnya. Beberapa  penduduk di suatu kampung  keluar dari dalam rumah menuju teras rumahnya masing-masing. Mereka berhamburan keluar tanpa ada yang mengkomandoi. Anak-anak kecil yang sedang tertidur lelap mulai bangun dan mulai gelisah setelah tahu bahwa seluruh listrik di tempat mereka padam. Mereka yang tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa mengandalkan lampu sorot yang telah usang, dan juga bantuan oleh sinar sang rembulan yang terang, namun tak secerah sinar matahari.

Banyak sekali suara yang terdengar dari mereka, seolah-olah tidak tahu apa yang barusan terjadi. Ketua RT meminta warga untuk tetap tenang dalam situasi yang seperti ini. Banyak dari warga yang komplain kepada ketua RT, karena ialah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi saat itu. “Tenanglah sebentar, ini hanyalah pemadaman listrik bergilir. Nanti kalau sudah waktunya juga nyala lagi listriknya.” ujar sang ketua RT. “Pemadan listrik?” Tanya salah seorang warga. “Padahal sebelumnya kan tidak pernah ada pemadaman listrik seperti ini pak?” Ujar seorang warga. “Pemadaman ini dilakukan karena adanya kerusakan dari pusat.” Ujar ketua RT.

Karena merasa sudah tahu apa yang barusan terjadi, seluruh warga kembali ke rumah masing-masing setelah menemui ketua RT di kediamannya. Walaupun begitu, para warga tetap merasa ada yang aneh, karena tidak seperti biasanya ada pemadaman bergilir seperti ini. Dan yang menjadi pertanyaan, kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya dari pihak PLN?

Suara tangis seorang bayi yang tiba-tiba mulai terdengar oleh warga, membuat mereka semakin ketakutan. Warga tersebut yang tidak lebih dari 10 orang itu saling bertanya satu sama lain. “Suara bayi siapa itu, apakah malam-malam begini ada yang melahirkan?” ujar salah seorang warga. Akhirnya setelah kesana kemari mencari sumber suara, mereka tidak ada yang tahu darimanakah sumber dari suara tersebut. Mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah masing-masing.

Dalam perjalanan, mereka kembali mendengar suara bayi yang kini agak dekat dari sumber suara, karena ketakutan mereka berlari terbirit-birit saling meninggalkan satu sama lain. Karena pada saat itu sedang gelap, mereka saling berpencar ke arah yang berbeda-beda. Ada yang berlari melewati semak-semak, kebun, himpitan rumah dan bahkan ada yang melewati kuburan.

Karena hal itu, ada beberapa orang lari berbarengan menuju warung terdekat yang masih buka dengan pencahayaan lilin yang seadanya. Mereka terengah-engah karena telah berlari cukup jauh. Mereka memesan minuman berupa kopi, mungkin supaya mereka tetap terjaga dari rasa kantuk. Mereka sedang memperbincangkan tentang sebenarnya apa yang barusan terjadi. Salah seorang dari mereka menanyakan hal tersebut kepada sang penjual, kalau mereka tadi telah mendengar suara tangisan bayi di tempat pinggiran jalan. Sang penjual pun mengatakan kalau ia tidak tahu.

Setelah sesekali mereka menyeruput kopi dan sambil berbincang-bincang, tiba-tiba ada salah seorang dari teman mereka yang juga datang berlari menuju warung tersebut dengan terengah-engah dan raut wajah yang sedang ketakutan. Melihat dia yang mukanya suram, akhirnya mereka bertanya apa yang membuatnya ketakutan sampai setengah mati.


To Be Continued…

Share:

0 comments:

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak, Terima Kasih

Random Posts

Text Widget

Social

© 2014 Berbagi Cerita. Designed by Bloggertheme9.
Proudly Powered by Blogger.